Minggu, 25 Juli 2010

Untukmu sang Kekasih Hati

Tiba-tiba saya teringat akan masa kecil saya . Saya senyam-senyum sendiri mengingat ulah saya dulu. Nakalnya saya kepada orang tua saya juga kepada adik saya. Benar-benar masih melekat di otak saya ketika ibu saya masih berada di rumah bersalin untuk melahirkan adik perempuan saya, yakni adik semata wayang yang saya miliki.
Waktu itu saya menunggu di rumah bersama ayah saya selama beberapa hari pasca kelahiran adik saya, tentu saja waktu itu ibu dan adik saya masih berada di rumah bersalin.

###

Siang itu ayah menemani saya bermain di ruang tamu, maklum anak kecil masih suka bermain. Saya masih berusia tiga tahun ketika saya mendapatkan seorang adik perempuan. Ketika itu saya melihat sebuah pesawat terbang melesat di atas pegunungan yang terlihat dari depan rumah saya. Sambil berlari berusaha menaiki kursi di ruang tamu saya memanggil-manggil ayah saya sambil berkata "Yah, ibu sama adik lagi naik pesawat terbang ya? kok aku gak diajak?". Ayah saya pun hanya tersenyum geli mendengar perkataan saya. Untuk menghibur saya dari kesepian saya yang telah berhari-hari di rumah hanya ditemani ayah, ayah saya mengajak saya jalan-jalan ke kebun binatang. Binatang yang paling saya ingat hingga sekarang adalah "kuda nil". waktu itu ayah saya menggendong saya karena saya takut melihat kuda nil tersebut. Kalau teringat waktu itu saya ingin mengulanginya lagi, tapi tak akan berdua lagi karena ibu dan adik saya telah pulang dari klinik bersalin.

Tapi kebahagiaan itu tak lama. Menurut cerita-cerita yang sya dapat dari tante saya, dulu saya pernah marah kepada kedua orang tua saya lantaran saya cemburu atas kelahiran adik saya. Saya tidak terima atas kelahiran adik saya sehingga saya memilih untuk tetap berada di rumah "mbah" saya dan tidak mau diajak pulang. Biasanya saya paling tidak mau bermalam terlalu lama disana. Tapi kecemburuan saya terhadap kelahiran adik saya membuat saya buta hati. Saya berpikir bahwa orang tua saya sudah tak menyayangi saya lagi. Orang tua saya pun sampai saya buat kebingungan karena saya tak mau pulang. Sifat ini adalah sifat bawaan dari kecil yang masih melekat sampai sekarang. Hingga sekarang saya menyadari kalau saya masih sering cemburu kalau orang tua saya memperhatikan adik saya. Walaupun saya tahu bahwa kasih sayang yang diberikan orang tua kepada saya dan adik saya sama.

Banyak agenda-agenda yang begitu indah di masa kecil saya, hingga saya tak bisa menuliskannya satu persatu disini. Jalan-jalan bersama ayah ibu, terus dibelikan boneka panda putih yang besar, mengunjungi tempat-tempat rekreasi, banyak sekali kenangan yang telah terukir bersama masa lalu saya.

###

Hingga saat saya mulai menginjak masa remaja saya mulai berani membantah setiap nasehat-nasehat yang keluar dari hati yang tulus. Untaian kata-kata indah yang jarang saya indahkan karena keegoisan saya. Tapi dibalik itu semua saya begitu mencintai orang tua saya. Huft, pantaslah saya jika disebut sebagai anak durhaka.

Saya baru menyadari begitu besarnya cinta orang tua saya ketika saya harus menjalani operasi di rumah sakit. Yap, orang tua sayalah yang setia menemani saya setiap waktu. Ketika itu saya harus menjalani operasi guna menyambung urat nai saya. Eits, urat nadi saya putus bukan karena saya bunuh diri terus memotong urat nadi saya, ini murni seratus persen kecelakaan. Saya hanya bisa berbaring ketika itu. Tiap saya meneteskan air mata, ayah sayalah yang selalu menghapus tetesan-tetesan tersebut dari pipi saya. Ayah saya benar-benar berusaha menjauhkan air mata dari pipi saya. Sementara ibu saya benar-benar terlihat kusut karena tak pernah bisa tidur lantaran saya selalu merintih kesakitan karena jahitan di tangan saya, sehingga ibu saya harus rela tidak tidur untuk mengipas-ngipas tangan saya. Betapa saya merasa tak berguna saat itu, saya hanya bisa menyusahkan orang tua saya, padahal selama ini saya selalu menyusahkan orang tua saya. Tapi orang tua saya selalu mencintai saya dn memberikan kasih sayangnya kepada saya. Alhamdulillah saat itu Allah tidak mengambil nyawa saya sehingga saya bisa membalas semua kebaikan orang tua saya. Walaupun saya tahu semua kebaikan yang saya berikan tak akan sanggup membalas semua kasih sayang yang telah diberikan kepada saya.

###

Kini saya begitu menyadari akan indahnya cinta dan kasih sayang orang tua saya. Saya begitu merindukan kasih sayang itu ketika saya berada jauh dari ayah dan ibu saya. Kadang saya bingung ketika saya sedang dihantam sebuah badai. Saya merasa berada di tengah-tengah lautan bergelombang sendirian ketika saya jauh dari orang tua saya. Saya merasa kehilangan sebuah tiang penopang yang membuat saya mudah jatuh. Namun, orang tua saya tak pernah lelah memberikan dukungan kepada saya. Itulah yang membuat saya masih bisa bertahan hingga saat ini. Saya begitu bangga dan sayang kepada orang tua saya. Saya begitu mencintai orang tua saya.

Ayah, Ibu, saya sangat mencintaimu. Saya bukanlah seorang anak yang pandai merangkai kata untuk mengungkapkan sejuta sayangku. Saya akan bahagia jika engkau bahagia. Maafkan anakmu yang tak tahu diri ini, anak yang selalu menyusahkan dan merepotkanmu. Engkaulah kekasihku di sepanjang hembusan nafasku.
"I LOVE YOU"

Tidak ada komentar: